Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!
WELCOME, SELAMAT DATANG, DAN SELAMAT BERSELANCAR DI BLOG GW CUI . . . BAGI YANG PUNYA CERITA LUCU, MENARIK, SERU, MENYEDIHKAN, NGESELIN, ATAU APAPUN ITU, BAGI - BAGI DONK CERITANYA . .KIRIM VIA EMAIL AJA YAH CUI KE GW, NANTI PASTI CERITA LOE SEMUA BAKAL GW POSTING DI BLOG INI. . DITUNGGU CUI DI: putra.perdanakusuma@ymail.com !

My Dad

My Dad

My Sister

My Sister

My Mom

My Mom

My GF

My GF

SKRIPSI

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN STATUS GIZI BALITA UMUR 24 -59 BULAN DI KELURAHAN PANNAMPU KECAMATAN TALLO KOTA MAKASSAR TAHUN 2012


ABSTRACT
Food security is a fulfillment condition of food for households, which reflected from availability of adequate food, both quantity and quality, safe, equitable and affordable. This study is a descriptive study which located in Pannampu Village , Tallo district, Makassar. The results using the Score Diversified Food (SDP) showed that as many as 40 households (44%) are classified as food resistant, and 51 households (56%) classified as not resistant food. Meanwhile, according to Hope Food Pattern (PPH), there are 17 households (18.7%) categorized as ideal and 74 households (81.3%) were considered ideal. Nutritional status of children under five Weight Loss by Height (BB/TB) average normal nutritional status of infants that as many as 81 infants (89%), 1 children under five (1.1%) nutritional status of fat, 8 infants (8.8%) nutritional status is considered underweight, and one of children under five (1.1%), nutritional status is very thin.More nutritional status of children under five are underweight according to indicators of BB/TB on the status of the household can not stand the food based on SDP status that is equal to 11.8% compared with infants who are at household food stand at 5%, and each of 2 % lean and fat nutritional status on the status of the household does not hold food while according to the status of PPH, there were 9.5% underweight children under five nutritional status at household conditions are not ideal compared to households with an ideal condition that is equal to 5.9%, and each of 1.4%. Nutritional status of under five is very skinny and fat at the ideal home.This study shows that the availability and access of food is an indirect factor that can affect the nutritional status of children.
Keywords: Food Security, Diversification Score Food, Food Patterns of Hope, Nutritional Status of Children Under Five


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

     Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia. Gizi seseorang sangat tergantung dari kondisi pangan yang dikonsumsinya. Pada tingkat keluarga, status gizi anak balita dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Anak balita merupakan kelompok masyarakat yang sangat peka terhadap masalah ketahanan pangan. Status gizi anak balita merupakan salah satu indikator yang mencerminkan baik buruknya ketahanan pangan (Tobing, 2010).
Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik (Departemen Pertanian, 2005).

             Adapun konsumsi pangan secara kuantitatif dilihat dari nilai energi (kalori) yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Data yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII menunjukkan, meski secara nasional ketersediaan energi tahun 2003 berada diatas kecukupan yaitu sebesar 3076 kkalun rata – rata konsumsi baru
mencapai 1989 kkal (90,4% dari kecukupan). Sementara untuk protein terjadi kelebihan dalam ketersediaan, yaitu 76,4 gram dan rata – rata konsumsi melebihi angka kecukupan yaitu sebesar 55,37 gram (110,70%). Menurut rekomendasi WKNPG VIII tahun 1998, kecukupan energi sebesar 2200 kkal dan protein 50 gram (Tobing, 2010).
Jumlah balita di Indonesia yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2003 mencapai 27,5% dari total jumlah balita.  Pada tahun 2004 mencapai 19,37% dari total jumlah balita. Pada tahun 2005 sebanyak 73.041 kasus balita yang mengalami gizi buruk diseluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 2.580 balita mengalami marasmus, 88 mengalami kwashiorkor, 140 mengalami marasmus kwashiorkor, serta sebanyak 70.203 mengalami kasus gizi non klinis. Data menyebutkan bahwa, pada tahun 2003 sebanyak 5 juta anak Balita (27,5%) kurang gizi dimana 3,5 juta (19,2%) diantaranya berada pada tingkat gizi kurang dan 1,5 juta (8,3%) sisanya mengalami gizi buruk. Data dari Departemen Kesehatan menyebutkan, pada tahun 2004 masalah gizi masih terjadi di 77,3% kabupaten dan 56% kota di  Indonesia (Tobing, 2010).
Hadi (2005) menjelaskan bahwa, prevalensi gizi kurang mengalami kenaikan  setelah krisis multidimensi masing-masing 26.1%, 27.3% dan 27.5% pada tahun 2001, 2002, dan 2003. Departemen Kesehatan kemudian mempublikasikan data resmi status gizi melalui profil kesehatan Indonesia tahun 2007 masing-masing gizi buruk, kurang, baik dan lebih adalah 8.8%, 19.24%, 68.48%, dan 3.48%. artinya jika digabung antara gizi buruk dan gizi kurang maka prevalensi kurang gizi (malnutrition) akan menjadi 28.04%. Dengan demikian, kurva malnutrition di Indonesia terus mengalami kenaikan dari 26,1% tahun 2001 menjadi 28.45 tahun 2007 selama 7 tahun.
Kasus gizi buruk hampir tejadi disetiap Kabupaten dan Kota di Indonesia yaitu 110 Kabupaten/Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan prevalensi di atas 30%. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar  tahun 2010, ditemukan gizi buruk 3,07% balita. Sementara balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 14,54% balita.
Kondisi gizi buruk berpotensi terhadap angka kematian. Hal ini dilihat dari tingginya jumlah kasus gizi buruk yang meninggal di Indonesia selama tahun 2005 yaitu 286 balita. Angka ini diperkirakan lebih tinggi dari yang sebenarnya karena data ini berdasarkan laporan yang terdata dari 7 propinsi. Kasus-kasus kematian balita akibat gizi buruk yang tidak dilaporkan diyakini masih banyak (Aminuddin, 2006).
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 menempatkan kota Makassar pada urutan 4 dalam persentase gizi buruk (BB/U) dengan 6,4%, sedangkan persentase gizi buruk di Sulsel  hanya 5.4%. Berdasarkan  indikator  TB/U juga ditemukan 16.8% anak sangat pendek sedangkan di tingkat Sulsel hanya 13.9%, demikian juga menurut indikator BB/TB kota Makassar dengan persentase sangat kurus 7.4% sedangkan Sulsel hanya 5.7% (Balitbangkes RI, 2008).
Hasil riset kesehatan dasar tahun 2010 ditemukan anak balita yang menderita gizi kurang dan buruk sebanyak 17.9%, balita yang kurus dan sangat kurus sebanyak 13.3%, serta balita yang pendek dan sangat pendek sebanyak 35,6% (Balitbangkes RI, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Martianto dkk pada tahun 2008 di Kabupaten Timor Tengah Provinsi Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa, ditemukan prevalensi balita underweight berdasarkan indeks BB/U (WAZ) adalah sebesar 62,7%, berdasarkan indeks TB/U (HAZ), prevalensi stunting (total) adalah 68,8 persen dan rata – rata Z-Skor TB/U sebesar 2,7, berdasarkan indikator BB/TB (WHZ), prevalensi wasting (total) didaerah penelitian ini adalah 24% dengan rata – rata Z-Skor BB/TB adalah -1,2. Aksesibilitas fisik dan aksesibilitas ekonomi terkendala oleh kurangnya sumber penghasilan dari sektor penelitian dan sektor lainnya serta jauhnya pasar dari lingkungan tempat tinggal. Ketersediaan pangan di keluarga sangat tergantung pada hasil panen. Masa tanam dilakukan satu kali dalam setahun karena curah hujan yang rendah dan tidak ada irigasi teknis.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Tambunan di Kecamatan Pintupohan Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2010 menunjukkan bahwa, tingkat ketahanan pangan keluarga secara kualitatif, sebagian besar berada pada kategori rawan dengan kelaparan tingkat berat. Ketahanan pangan kuantitatif menunjukkan tingkat konsumsi energi 60,8% dalam kategori kurang dan defisit dan tingkat konsumsi protein keluarga sebagian besar (90,2%) berada dalam kategori kurang dan defisit. Status gizi anak balita berdasarkan BB/U, TB/U, BB/TB, sekitar 40% berada dalam kategori status gizi buruk.
Prevalensi anak balita underweight dan stunting pada rumah tangga sangat tidak tahan pangan di Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah (47.3% dan 67.0%) paling tinggi dibandingkan rumah tangga tidak tahan pangan (42.1% dan 56.8%) dan rumah tangga tahan pangan (3.3% dan 36.6%). Uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara status gizi anak balita indeks BB/U, TB/U dan BB/TB (p<0.01) pada ketiga kelompok rumah tangga (Ariefiani, 2009).
Kasus gizi buruk tertinggi di kota Makassar terdapat di Puskesmas Kalukubodoa Kecamatan Tallo, dimana gizi buruk mencapai 8,5% dan gizi kurang sebanyak 19,17%, sedangkan kasus gizi buruk terendah di Kota Makassar terdapat di Puskesmas Tarakan Kecamatan Wajo dimana gizi buruk mencapai 1,71% dan gizi kurang 7,91% (Dinkes Kota Makassar, 2011).
Dari data yang diperoleh dari Puskesmas Kalukubodoa Kecamatan Tallo tahun 2010, persentase gizi buruk pada balita untuk Kelurahan Pannampu mencapai 59 balita atau 4,57% dan persentase balita gizi kurang mencapai 167 balita atau 12,94 % dari 1290 balita yang ada di wilayah tersebut. Kelurahan Pannampu merupakan kelurahan yang memiliki persentase kejadian balita gizi buruk tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Kalukubodoa (Dinkes Kota Makassar, 2011). Sedangkan pada tahun 2011, diperoleh data status gizi balita kurang dan sangat kurang menurut indikator BB/U masing – masing adalah (150 dan 66 balita), kurus dan sangat kurus menurut BB/TB masing – masing adalah (49 dan 16 balita), pendek dan sangat pendek menurut TB/U masing – masing adalah (19 dan 16 balita).Berdasarkan data tersebut ingin diketahui tentang ketahanan pangan rumah tangga dan status gizi balita di Puskesmas Kaluku Bodoa Kelurahan Kalukubodoa Kecamatan Tallo Kota Makassar tahun 2012.

Download Bab I-III Lengkap - Klik Disini

Download Jurnal Lengkap - Klik Disini 


0 komentar:

Posting Komentar

Mr.BIG - To Be With You (Makassar)

Maroon 5 - Like Jagger (Live)

Paramore - That's What You Get (Official Video)

Echa Soemantri - Sticking Technique

Endah N Rhesa - Liburan Indie (Makassar)

Breaking Benjamin - The Diary Of Jane (Live)

Google Talk Button

 

With Endah N Rhesa

With Endah N Rhesa

With The Changcuters

With The Changcuters

Bulusaraung Mountain

Bulusaraung Mountain